Jakarta, CNN Indonesia —
Hilangnya kepala eksekutif bank investasi ekuitas swasta China Renaissance, Bao Fan, membuat saham perusahaan makin anjlok.
Perusahaan sebelumnya dalam laporan perdagangan mengatakan Bao tidak dapat dihubungi sejak Kamis (16/2) malam.
Dikutip dari CNN, berita hilangnya Bao sempat membuat saham China Renaissance anjlok sebanyak 50 persen pada awal perdagangan Hong Kong per Jumat (17/3). Pada penutupan perdagangan, saham turun 28 persen.
“Dewan tidak mengetahui informasi apa pun yang menunjukkan bahwa ketidakhadiran Mr Bao terkait atau mungkin terkait dengan bisnis dan atau operasi grup,” kata China Renaissance dilansir dari CNN, Sabtu (18/2).
CNN telah menghubungi Bao Fan belum untuk meminta konfirmasi kehilangan dirinya melalui WeChat pada hari Jumat (17/3). Namun, dia belum memberikan respons. Pun China Renaissance belum merespons sejumlah pertanyaan yang diajukan CNN.
Sementara itu, Bao merupakan direktur eksekutif bank investasi Renaissance sekaligus tokoh sentral dalam industri teknologi China. Ia punya peran kunci dalam kemunculan berbagai startup internet domestik di Hong Kong.
Bao juga dikenal sebagai veteran di industri teknologi China. Bao membantu menengahi proses merger antara dua layanan pengiriman makanan terkemuka di negara itu, Meituan dan Dianping pada 2015 lalu.
Saat ini, platform aplikasi super hasil penggabungan dua perusahaan tersebut ‘berkeliaran’ di China.
Ia memulai karir perbankan investasinya pada akhir 1990-an di Morgan Stanley dan Credit Suisse. Setelah itu, Bao menjabat sebagai penasihat bursa saham di Shanghai dan Shenzhen.
Timnya juga telah berinvestasi dalam produksi kendaraan listrik China yang terdaftar di AS Nio (NIO) dan Li Auto. Tim Bao juga telah membantu raksasa internet China Baidu (BIDU) dan JD.com (JD) untuk menyelesaikan listing sekunder mereka di Hong Kong.
Sejarah penangkapan pengusaha
Kabar hilangnya bangkir terkemuka di China ini kembali membangkitkan sejarah terkait sejumlah eksekutif China yang tiba-tiba menghilang untuk jangka waktu tertentu tanpa penjelasan.
Misalnya, pada 2020, taipan real estate Ren Zhiqiang menghilang selama beberapa bulan setelah ia diduga berbicara dan menentang penanganan pandemi virus corona oleh Presiden China Xi Jinping. Ren akhirnya dipenjara selama 18 tahun atas tuduhan korupsi.
Sebelumnya pada 2017, raksasa asuransi Anbang memperingatkan para pemegang saham bahwa ketuanya, Wu Xiaohui, tidak dapat menjalankan tugasnya setelah dilaporkan ditahan oleh pihak berwenang sebagai bagian dari penyelidikan pemerintah. Wu akhirnya dipenjara selama 18 tahun.
Pada tahun yang sama, Xiao Jianhua, seorang taipan yang mengendalikan Tomorrow Holdings, ditangkap oleh agen keamanan China saat berada di kamarnya di hotel Four Seasons di Hong Kong.
Xiao dibawa ke daratan China dan ia dijatuhi hukuman pada Agustus 2022 hingga 13 tahun penjara.
Kasus menonjol lainnya terjadi pada tahun 2015, saat Guo Guangchang, miliarder yang dijuluki ‘Warren Buffett dari China’, dilaporkan hilang oleh konglomerat yang dipimpinnya.
Kelompok itu, Fosun, kemudian mengonfirmasi bahwa Guo membantu pihak berwenang dalam penyelidikan.
Eksekutif senior dari lusinan perusahaan China juga menghilang tahun itu. Beberapa eksekutif kemudian kembali ke posisinya, sementara yang lain tidak.
(khr/arh)
[Gambas:Video CNN]
Sumber: www.cnnindonesia.com