Harga Minyak Terperosok ke Level Terendah Sejak Desember

Harga minyak terperosok lebih dari empat persen pada akhir perdagangan Selasa (14/3), waktu Amerika Serikat (AS).

Jakarta, CNN Indonesia

Harga minyak terperosok lebih dari empat persen pada akhir perdagangan Selasa (14/3), waktu Amerika Serikat (AS). Harga anjlok ke level terendah dalam tiga bulan terakhir lantaran laporan inflasi AS dan kegagalan bank AS baru-baru ini, salah satunya Silicon Valley Bank.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot US$3,32 atau 4,1 persen ke US$77,45 per barel.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April sebesar US$3,47 atau 4,6 persen menjadi US$71,33 per barel.

Harga tersebut merupakan yang terendah sejak 9 Desember 2022. Persentase penurunan harian juga terbesar sejak Januari 2023.

Selain itu, analis menilai kedua kontrak secara teknis jatuh ke wilayah oversold untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan terakhir.

Ambruknya Silicon Valley Bank memicu pergerakan besar dalam saham-saham bank. Pasalnya, investor mengkhawatirkan kesehatan keuangan sejumlah pemberi pinjaman.

“Pasar mengantisipasi resesi di masa depan atau bisa jadi satu atau lebih (perusahaan) harus mengumpulkan uang tunai dan mengurangi risiko pembukuan mereka, karena mereka khawatir tentang likuiditas setelah kegagalan bank,” ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn.

Sementara itu, harga konsumen AS meningkat dengan solid pada Februari karena warga menghadapi kenaikan biaya sewa dan harga pangan.

“Harga minyak mentah jatuh setelah sebagian besar laporan inflasi menyegel kesepakatan untuk setidaknya satu kali kenaikan suku bunga Fed,” ujar Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya.

Data menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,4 persen pada Februari dari 0,5 persen pada Januari.

Melihat hal itu, analis memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga acuannya hanya dengan seperempat persentase poin minggu depan, turun dari perkiraan sebelumnya 50 basis poin. Kenaikan serupa akan dilakukan pada Mei mendatang. The Fed sendiri akan menggelar pertemuan dua hari pada Selasa pekan depan.

“Pekerjaan pengetatan The Fed belum selesai dan peluang meningkat bahwa mereka akan mengirim ekonomi ke dalam resesi ringan, dan risiko tetap bahwa itu bisa menjadi parah,” kata Moya dari OANDA.

Suku bunga acuan yang lebih tinggi dapat mengekang inflasi. Namun, hal itu bisa meningkatkan biaya pinjaman konsumen, yang dapat memperlambat ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Di sisi lain, harga minyak mendapat dorongan dari laporan bulanan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memproyeksikan permintaan minyak yang lebih tinggi di China, importir minyak terbesar dunia, pada 2023.

Kendati demikian, OPEC mempertahankan proyeksi permintaan minyak dunia naik 2,3 persen atau 2,32 juta barel per hari tahun ini.

[Gambas:Video CNN]

(sfr/sfr)





Sumber: www.cnnindonesia.com