Kolaps, AS Tutup Silicon Valley Bank

Rupiah melemah 0,32 persen ke posisi Rp15.745 per dolar AS pada Jumat (4/11) karena kenaikan yield obligasi AS.

Jakarta, CNN Indonesia

Silicon Valley Bank (SVB) kolaps pada Jumat (10/3) pagi setelah 48 jam bank tersebut bangkrut dan mengalami krisis modal.

Itu salah satunya terjadi akibat kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve selama setahun terakhir. Untuk menopang neraca, mereka berencana menjual US$2,25 miliar saham baru.

Buntut dari masalah itu, regulator California akhirnya memutuskan untuk menutup pemberi pinjaman startup tersebut.

Mereka juga menempatkannya di bawah kendali US Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). Otoritas AS menyerbu masuk dan menyita aset SVB.

Keruntuhan SVB itu memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank.

“Kondisi SVB memburuk begitu cepat sehingga tidak bisa bertahan hanya lima jam lagi. Itu karena deposan menarik uang mereka begitu cepat sehingga bank bangkrut, dan penutupan intraday tidak dapat dihindari karena bank run klasik,” ,” tulis CEO Better Markets Dennis M. Kelleher seperti dikutip dari CNN.com, Sabtu (11/3). 

Menanggapi keruntuhan SVB yang tiba-tiba, Menteri Keuangan Janet Yellen mengadakan pertemuan darurat regulator perbankan AS.

“Sekretaris Yellen menyatakan kepercayaan penuh pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan dan mencatat bahwa sistem perbankan tetap tangguh dan regulator memiliki alat yang efektif untuk mengatasi peristiwa semacam ini,” kata pernyataan Departemen Keuangan seperti dikutip dari AFP, Sabtu (11/3).

SVB merupakan bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup. SVB telah menjadi bank AS terbesar ke-16 berdasarkan aset.

Pada akhir 2022, SVB memiliki aset US$209 miliar dan deposito sekitar US$175,4 miliar.

[Gambas:Video CNN]

(cnn.com/agt)





Sumber: www.cnnindonesia.com